Logika Penelitian Ilmiah Deskriptif Kualitatif
Logika Penelitian Ilmiah Deskriptif Kualitatif - Penelitian ilmiah pendekatan deskriptif kualitatif banyak digunakan dalam penelitian sosial dan budaya, selain bertolak dari pemikiran naturalistik hal ini juga berpijak pada faham fenomenologis, yang banyak digunakan dalam ilmu sosial. Faham fenomenologis bercirikan, lebih pada aspek pemahaman dan pemaknaan (meaning). Pemikir yang menngilhami model penelitian ini adalah Max Weber. Penelitian ini sangat ditentukan oleh sejauh mana pengamatan yang dilakukan terhadap subjek penelitian, dalam hal ini dikenal dengan istilah observasi terlibat (participant observation) melalui wawancara dan atau melalui dokumentasi. Data-data yang dikumpulkan, baik melalui observasi, wawancara dan dokumentasi akan menjadi dasar utama untuk selanjutnya sebagai titik tolak melakukan deskripsi secara menyeluruh, dan menyajikannya secara deskripsi secara menyeluruh, dan menyajikannya secara objektif sebagaimana kenyataan (social setting) subjek yang sesungguhnya.
Masih banyak faham penelitian sosial lainnya yang mengacu pada model penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini banyak dikembangkan dalam penelitian sosial, pendidikan deskriptif ini banyak dikembangkan dalam penelitian sosial, pendidikan, ekonomi, kebudayaan, agama, hukum, dan sebagainya. Penelitian kualitatif deskriptif ini sama dengan penelitian kualitatif pada umumnya menekankan pada sumber atau informasi data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan informasi lainnya, yang juga dapat dikumpulkan melalui angket, kemudian dipresentasekan. Apalagi kalau peneliti melibatkan lebih banyak subjek yang berpartisipasi, sedangkan kemampuan peneliti sangat terbatas, maka melalui penyebaran angket dapat dilakukan, sehingga akan lebih banyak informasi yang dapat dijangkau oleh peneliti.
Penelitian deskriptif, banyak juga dilakukan dalam wilayah penelitian antropologi dan etnografi. Karena penelitian deskriptif selain dapat menggambarkan secara utuh permukaan luarnya dari social setting, hal ini juga dapat mendeskripsikan secara mendalam bagian permukaan dalam yang digali melalui proses elaborasi dan observasi terlibat dalam social setting. Memang disadari bahwa, dilihat dari sudut makna kata deskriptif, mengandung pengertian sebagai gambaran, uraian, penjelasan, dan keterangan, akan tetapi manakala kata ini disentuh oleh kata-kata metodologi penelitian deskriptif, maka artinyapun akan berubah menjadi suatu makna luas, yang didalamnya terkandung: permasalahan, teoritis, desain, analisis, analisis data, prosedur penelitian hingga laporan penelitian.
Dalam tataran ilmu pengetahuan, lahirnya berbagai akhiran grafi seperti demografi, sosiografik, ethnografi, historiografi dan sebagainya yang merupakan cikal bakal lahirnya ilmu-ilmu sosial yang kita kenal saat ini, adalah merupakan sumbangan terbesar dari metode penelitian kualitatif deskriptif.
Hillway (1956) menggolongkan penelitian kualitatif deskriptif ini pada tiga kategori yaitu: pengumpulan fakta (fact finding), penafsiran kritik (critical interpretation), dan penelitian yang lengkap (complete research). Oleh Suriasumantri kategori penafsiran ini dianggap sebagai bagian dari terminologi generik yakni pengkajian teoritis yang bersifat kritis (critical) juga bersifat deskriptif, selanjutnya dikatakan pengkajian gagasan dalam bentuk pengkajian teoritis ini dapat dibedakan dalam 3 kategori yakni pengkajian teoritis deskriptif, pengkajian teoritis secara analisis kritis (critical analysis) dan pengkajian teoritis yang mengarah pada pengembangan model (model building). Penerapan model ini kealam empiris dalam memecahkan permasalahan tertentu disebut action research.
Dalam penelitian ilmiah secara lengkap dapat dikelompokkan diantaranya menjadi tipe-tipe penelitian menurut metode penelitian yang digunakan. Dalam hal ini, kita mengenal adanya penelitian survei dan non survei, seperti penelitian eksperimen, penelitian kuasi-eksperimen atau ex post facto. Penggolongan ini juga dapat didekati dari perlakuan terhadap data yang dikumpulkan. Maka dalam konteks ini dikenal dengan penelitian deskriptif dan penelitian analisis.
Dalam penelitian kualitatif deskriptif data dianalisa secara tersendiri dengan lebih banyak bersandar pada model triangulasi. Ada beberapa kekuatan dan keunggulan analisis data dengan model triangulasi ini, diantaranya:
Masih banyak faham penelitian sosial lainnya yang mengacu pada model penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini banyak dikembangkan dalam penelitian sosial, pendidikan deskriptif ini banyak dikembangkan dalam penelitian sosial, pendidikan, ekonomi, kebudayaan, agama, hukum, dan sebagainya. Penelitian kualitatif deskriptif ini sama dengan penelitian kualitatif pada umumnya menekankan pada sumber atau informasi data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan informasi lainnya, yang juga dapat dikumpulkan melalui angket, kemudian dipresentasekan. Apalagi kalau peneliti melibatkan lebih banyak subjek yang berpartisipasi, sedangkan kemampuan peneliti sangat terbatas, maka melalui penyebaran angket dapat dilakukan, sehingga akan lebih banyak informasi yang dapat dijangkau oleh peneliti.
Penelitian deskriptif, banyak juga dilakukan dalam wilayah penelitian antropologi dan etnografi. Karena penelitian deskriptif selain dapat menggambarkan secara utuh permukaan luarnya dari social setting, hal ini juga dapat mendeskripsikan secara mendalam bagian permukaan dalam yang digali melalui proses elaborasi dan observasi terlibat dalam social setting. Memang disadari bahwa, dilihat dari sudut makna kata deskriptif, mengandung pengertian sebagai gambaran, uraian, penjelasan, dan keterangan, akan tetapi manakala kata ini disentuh oleh kata-kata metodologi penelitian deskriptif, maka artinyapun akan berubah menjadi suatu makna luas, yang didalamnya terkandung: permasalahan, teoritis, desain, analisis, analisis data, prosedur penelitian hingga laporan penelitian.
Baca Juga: Pengertian Subyek Penelitian KualitatifDiliat dari cara kerjanya metode penelitian deskriptif dapat bekerja pada tataran permukaan (appearance) dan juga di bawah permukaan. Dibawah permukaan itulah tersembunyi prinsip-prinsip, gejala dan makna yang harus digali melalui metode penelitian kualitatif deskriptif, bertolak dari anggapan, bahwa permukaan menunjukkan atau menentukan bagi peneliti untuk dapat mengetahui sesuatu yang tersembunyi didalamnya. Maka dalam mengenal realitas, hakikat, atau hukum yang tersembunyi itu, harusnya dikenal gejala-gejala dipermukaanya.
Dalam tataran ilmu pengetahuan, lahirnya berbagai akhiran grafi seperti demografi, sosiografik, ethnografi, historiografi dan sebagainya yang merupakan cikal bakal lahirnya ilmu-ilmu sosial yang kita kenal saat ini, adalah merupakan sumbangan terbesar dari metode penelitian kualitatif deskriptif.
Hillway (1956) menggolongkan penelitian kualitatif deskriptif ini pada tiga kategori yaitu: pengumpulan fakta (fact finding), penafsiran kritik (critical interpretation), dan penelitian yang lengkap (complete research). Oleh Suriasumantri kategori penafsiran ini dianggap sebagai bagian dari terminologi generik yakni pengkajian teoritis yang bersifat kritis (critical) juga bersifat deskriptif, selanjutnya dikatakan pengkajian gagasan dalam bentuk pengkajian teoritis ini dapat dibedakan dalam 3 kategori yakni pengkajian teoritis deskriptif, pengkajian teoritis secara analisis kritis (critical analysis) dan pengkajian teoritis yang mengarah pada pengembangan model (model building). Penerapan model ini kealam empiris dalam memecahkan permasalahan tertentu disebut action research.
Dalam penelitian ilmiah secara lengkap dapat dikelompokkan diantaranya menjadi tipe-tipe penelitian menurut metode penelitian yang digunakan. Dalam hal ini, kita mengenal adanya penelitian survei dan non survei, seperti penelitian eksperimen, penelitian kuasi-eksperimen atau ex post facto. Penggolongan ini juga dapat didekati dari perlakuan terhadap data yang dikumpulkan. Maka dalam konteks ini dikenal dengan penelitian deskriptif dan penelitian analisis.
Dalam penelitian kualitatif deskriptif data dianalisa secara tersendiri dengan lebih banyak bersandar pada model triangulasi. Ada beberapa kekuatan dan keunggulan analisis data dengan model triangulasi ini, diantaranya:
- Mengumpulkan data yang bersifat alamiah atau naturalistik seperti apa adanya dari situasi sosial (social setting)
- Melukiskan keadaan suatu obyek pada suatu saat tertentu
- Mengidentifikasi data yang menunjukkan gejala-gejala dari suatu peristiwa
- Menggunakan data yang menunjukkan appearance dari suatu realitas
- Mengumpulkan data yang dapat menunjukkan realisasi suatu gagasan, ide, atau peraturan
- Mengungkap sesuatu yang tidak dapat diungkapkan didepan publik
- Dapat menjaring lebih banyak data yang mungkin dilakukan melalui penggunaan angket bila diperlukan oleh peneliti.
Mengingat metode penelitian kualitatif deskriptif ini dipandang sangat fleksibel, acceptable, dan sederana untuk diterapkan, baik bagi peneliti pemula maupun mereka yang telah profesional, maka banyak peneliti sosial lebih memilih menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif deskriptif. Pemilihan sebuah metode penelitian biasanya tergantung pada masalah yang diteliti. Masalah dibangun atas satu paradigma penelitian yang jelas. Secara sederhana, misalnya ada seorang peneliti yang ingin melihat kecendrungan menurunnya motivasi guru yang dilihat dari sudut kepemimpinan kepala sekolah. Masalah seperti ini, seorang peneliti akan segera membayangkan bahwa ia akan melakukan penelitian kualitatif deskriptif dengan melakukan wawancara mendalam (deep interview) yang dipadu dengan observasi terlibat (participant observation).
Dalam hal ini, peneliti deskriptif akan lebih tertarik untuk mengangkat aspek kemengapaanya, atau mengapa guru motivasinya cenderung menurun. Inilah yang dia telusuri secara mendalam dilihat dari sudut kepemimpinan kepala sekolah, karena kalau mau menilai kinerja seseorang akan lebih objektif harus dilakukan melalui observasi langsung, atau dari teman sejawat, bawahan atau dari atasannya. Pertanyaan kemengapaan itu, tidak akan terjawab kalau seorang peneliti kualitatif deskriptif tidak menyelami latar yang menyebabkan menurunnya motivasi guru. Artinya di sinilah peneliti harus lebih dalam memasuki social setting dan mendalami subjek penelitian. Dengan demikian akan ditemukan jawaban kemengapaan itu, dan apa makna dan penafsiran dari kecendrungan menurutnya motivasi guru, dalam kaitannya dengan kepemimpinan kepala sekolah.
Daftar Pustaka:
Mukhtar. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif.Jakarta: GP Press Group
Posting Komentar untuk "Logika Penelitian Ilmiah Deskriptif Kualitatif"
Berkomentarlah selayaknya manusia yang mempunyai pikiran dan selalu menjunjung tinggi relevansi topik yang dibahas.
Terima Kasih